KOMPAS.com - Menekuni kerajinan desain perhiasan sejak 2011, Eko Filyawan kini sukses meraup omzet tebal dari ceruk usaha ini. Dalam sebulan, omzetnya mencapai Rp 150 juta hingga Rp 200 juta.
Dari omzet tersebut, laba bersih yang didapatkan sekitar 15 persen. "Laba bersih yang saya dapat sekitar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta dalam sebulan," kata Eko yang merintis usaha di Gianyar, Bali.
Saat ini, ia fokus memproduksi perhiasan berbahan perak. Ia sebetulnya sudah tidak asing dengan usaha perhiasan perak ini. Di 2009, ia pernah bekerja di sebuah perusahaan perhiasan perak internasional yang membuka lisensi di Indonesia.
Kala itu, Eko menjabat sebagai production planning and inventory control. Dengan jabatannya itu, ia banyak mengetahui berbagai aktivitas produksi perhiasan perak.
Pada tahun 2010, ia pindah bekerja ke perusahaan perhiasan perak lainnya. Di sini, ia menjabat sebagai manager customer relation. Dengan posisinya itu, ia banyak menjalin relasi dan belajar menangani para pelanggan.
Berbekal pengalamannya tersebut, di tahun 2011 Eko mendirikan usaha sendiri bernama Kawan Bali. "Modal awal saya tidak begitu besar, hanya sekitar Rp 30 juta. Soalnya, setiap pemesanan, pembeli akan membayar uang di muka," ujar Eko.
Tak hanya mendesain, ia juga mengawal produksi perak hasil desainnya tersebut hingga sampai ke pelanggannya. Tidak terlalu sulit bagi Eko dalam menjalani usaha ini, karena relasinya sudah kuat.
Selain itu, ia juga memasarkan perhiasan hasil desainnya secara online. Hampir seluruh perhiasan Kawan Bali diproduksi rumahan dengan buatan tangan.
Jika pesanan sedang membeludak, ia terpaksa menggandeng perajin lain. Sebab, kapasitas produksinya masih terbatas. Saat ini, produksi Kawan Bali sekitar 300 hingga 500 buah perhiasan dalam sebulan.
Produk perhiasan itu dibanderol mulai Rp 300.000 hingga Rp 600.000 per buah. Ia mengklaim, perhiasan hasil rancangannya cukup diminati pasar. Selain di dalam negeri, seperti Bali, Bandung, dan Kalimantan, ia juga pernah mendapat pesanan dari Amerika dan Belgia. Kini, ia mengaku tengah menangani pesanan dari Jerman.
Menurut Eko, perhiasannya diminati karena desainnya yang menarik. Selain itu, "Saya juga berusaha membuat desain yang tidak banyak dimiliki orang lain," jelasnya.
Kendati demikian, ia tetap mengupayakan agar dari sisi harga desainnya tidak terlalu mahal dan bisa diproduksi dalam jumlah besar. Hal itu penting untuk mengantisipasi pemesanan dalam jumlah besar.
Dalam perjalanan membesarkan usaha ini, Eko juga pernah mengalami kendala. Misalnya, saat ia mendapat pesanan besar dan menyanggupinya. Namun, ia ternyata kesulitan memenuhi pesanan tersebut, sehingga akhirnya terkena penalti atau denda.
Kendala lain, ia juga pernah ditipu perajin. Ia menceritakan, saat itu mendapat order besar sehingga menggandeng perajin lain. Untuk itu, ia memasok perak ke perajin yang menjadi mitra usahanya sebanyak satu kilogram. "Eh, malah perak itu dibawa kabur oleh perajin tersebut," ujarnya. (Revi Yohana, Revi Yohana/Kontan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar