Selasa, 29 Januari 2013

Laba dari Mengajari Anak Membaca




 
Dewasa ini, anak sudah dituntut harus pandai membaca sejak sebelum masuk sekolah tingkat dasar. Terlebih, para penyelenggara sekolah dasar (SD) kini mewajibkan anak yang akan masuk SD harus sudah bisa membaca.

Alhasil, banyak orang tua memaksa anaknya belajar membaca sejak taman kanak-kanak (TK). Bahkan, pendidikan sebelum TK, semacam playgroup atau taman bermain, juga mulai mengajari anak didiknya membaca.

Peluang ini yang juga ditangkap Bimba AIUEO. Lembaga yang bernaung di bawah Yayasan Pengembangan Anak Indonesia (YPAI) ini berdiri sejak 1996 dan menawarkan kemitraan pada 2003.

Wiesnu Adi Birowo, Business Development YPAI, bilang, dari tahun ke tahun bisnis pendidikan anak usia dini (PAUD) makin menjanjikan. "Tingkat persaingannya belum terlalu ketat," ujarnya.

Ia mengklaim, kelebihan Bimba AIUEO terletak pada metode belajarnya. Yakni, menerapkan konsep belajar membaca sambil bermain. Tak heran, saat ini, Bimba AIUEO telah memiliki 500 cabang di Indonesia.

Dari 500 cabang itu, 52 di antaranya milik sendiri dan sisanya punya mitra. Anda tertarik? Ada enam paket yang ditawarkan. Setiap paket memberikan fasilitas seperti modul, karpet, spanduk, banner, dan tenaga guru. Hanya, jumlah item-nya saja yang berbeda di setiap paket.

Masa balik modal setiap paket sama, yakni 16 - 18 bulan. Laba bersih juga idem ditto, sekitar 15 persern. Begitu pun biaya pendidikan, Rp 175.000 per siswa per bulan.

Perincian paketnya: pertama, paket senilai Rp 18 juta. Dalam paket ini, mitra berwenang penuh mengendalikan operasional Bimba AIUEO dengan mengusung konsep satu ruang kelas. Omzetnya Rp 8 juta sebulan. Paket ini menerapkan bagi hasil 95 persen untuk mitra dan 5 persen pusat.

Kedua, paket senilai Rp 30 juta. Dalam paket ini mitra juga berwenang penuh mengendalikan operasional Bimba AIUEO dengan mengusung konsep dua kelas. Wiesnu menjanjikan, omzet Rp 17 juta - Rp 18 juta. Paket ini menerapkan bagi hasil 90 persen untuk mitra dan 10 persen pusat.

Ketiga, paket senilai Rp 30 juta. Di paket ini, operasional Bimba AIUEO dikelola oleh pusat. Karena itu, skema bagi hasilnya: 25 persen mitra dan selebihnya untuk pusat.

Keempat, paket senilai Rp 30 juta untuk wilayah kecamatan. Dalam paket ini, mitra berhak mengembangkan Bimba AIUEO di lingkup kecamatan dengan jumlah kelas minimal tiga. "Mitra boleh membuka unit sebanyak-banyaknya," ujar Wiesnu. Omzet mitra Rp 17 juta - Rp 18 juta per bulan, dengan bagi hasil 94 persen untuk mitra.

Kelima, paket senilai Rp 50 juta juga untuk kecamatan. Omzetnya Rp 30 juta per bulan. Sekitar 95 persen dari omzet menjadi bagian mitra.

Keenam, paket senilai Rp 150 juta untuk kabupaten. Mitra yang mengambil paket ini berhak mengembangkan Bimba AIUEO di kabupaten. Mitra juga boleh membuka empat kelas, dengan omzet Rp 60 juta per bulan.

Bije Widjajanto, pengamat waralaba dari daBen WarG Consulting, bilang, prospek bisnis PAUD masih cerah. Namun, itu tergantung lokasi. Sebab, "PAUD cocok di perkotaan," ucapnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar