Asalasah ~ Oleh: Nurman Kholis
PADA masa Rasulullah SAW hingga masa Sayidina Abu Bakar, umat Islam gunakan dinar (uang emas) dari Romawi yang ada inskripsi kristiani berikut salib dan gunakan dirham (uang perak) dari Persia berikut inskripsi Majusi dan gambar Kisra.
Namun, pada masa Kekhalifahan sayidina Umar RA, tahun 20 H beliau menambahkan inskripsi Islami seperti basmalah, Allahu Akbar dsb pada dirham sehingga dalam uang perak ini bercampur inskripsi Majusi dan Islami. Namun, pada masa Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, dinar dan dirham dicetak dengan inskripsi Islami tanpa inskripsi Kristiani dan Majusi. Jadi, jika mengacu kepada hadits dalam pengertian segala ucapan, perbuatan, dan ketentuan yang disandarkan kepada Nabi, berarti dinar dan dirham itu berinskripsi Kristiani dan Majusi.
Namun, jika mengacu kepada sunnah dalam pengertian tradisi yang dilakukan oleh Nabi dan juga para khalifahnya yang lurus, berarti pada mata uang tsb harus berinskripsi Islami. Berdasarkan catatan sejarah, tidak ada seorang pun yang memprotes ijtihad sayidina Umar dan Abdul Malik bin Marwan RA tersebut.
Lalu bagaimana dengan jumlah rakaat shalat sunnah berjamaah Tarawih yang 20 rakat, dengan shalat berjamaah Tarawih 11 rakat yang muncul belakangan?
Barangkali salah satu penyebab kemunduran umat Islam di Indonesia ini juga karena sibuk berdebat tentang angka 11 dan 20 pada jumlah rakaat tarawih, namun diam saja terhadap angka 1 dolar tahun 1946 = rp 2 kini = rp. 10.000 hingga berbagai kekayaan alam di negeri ini semakin murah dan mudah ditukar dengan kertas-kertas kecil dari Amerika tersebut.
Pertukaran ini jelas jelas tidak hanya tidak sesuai ajaran agama manapun tapi tidak sesuai dengan akal. “Ya Allah ampunilah dosa para pendahulu kami yang sholatnya jangankan mampu untuk mencegah, melihat kemungkaran di balik penggantian dinar dan dirham dengan uang kertas pun tidak. Sebaliknya, mereka sibuk selain berdebat tentang angka 11 dan 20 juga sibuk berdebat tentang angkat tangan atau tidak pada rakaat kedua salat subuh, namun membiarkan sekian kekayaan alam di negeri ini terus diangkat karena terus menerus ditukar dengan hanya kertas kertas kecil bernama dolar dan sebagainya.
Hingga umat Islam banyak yang sengsara dan hina dina. 200 jutaan muslim di negeri ini pun dapat dikalahkan 1 atau segelintir orang yang mengendalikan sistem uang kertas. Wa Allahu a’lam.
PADA masa Rasulullah SAW hingga masa Sayidina Abu Bakar, umat Islam gunakan dinar (uang emas) dari Romawi yang ada inskripsi kristiani berikut salib dan gunakan dirham (uang perak) dari Persia berikut inskripsi Majusi dan gambar Kisra.
Namun, pada masa Kekhalifahan sayidina Umar RA, tahun 20 H beliau menambahkan inskripsi Islami seperti basmalah, Allahu Akbar dsb pada dirham sehingga dalam uang perak ini bercampur inskripsi Majusi dan Islami. Namun, pada masa Kekhalifahan Abdul Malik bin Marwan, dinar dan dirham dicetak dengan inskripsi Islami tanpa inskripsi Kristiani dan Majusi. Jadi, jika mengacu kepada hadits dalam pengertian segala ucapan, perbuatan, dan ketentuan yang disandarkan kepada Nabi, berarti dinar dan dirham itu berinskripsi Kristiani dan Majusi.
Namun, jika mengacu kepada sunnah dalam pengertian tradisi yang dilakukan oleh Nabi dan juga para khalifahnya yang lurus, berarti pada mata uang tsb harus berinskripsi Islami. Berdasarkan catatan sejarah, tidak ada seorang pun yang memprotes ijtihad sayidina Umar dan Abdul Malik bin Marwan RA tersebut.
Lalu bagaimana dengan jumlah rakaat shalat sunnah berjamaah Tarawih yang 20 rakat, dengan shalat berjamaah Tarawih 11 rakat yang muncul belakangan?
Barangkali salah satu penyebab kemunduran umat Islam di Indonesia ini juga karena sibuk berdebat tentang angka 11 dan 20 pada jumlah rakaat tarawih, namun diam saja terhadap angka 1 dolar tahun 1946 = rp 2 kini = rp. 10.000 hingga berbagai kekayaan alam di negeri ini semakin murah dan mudah ditukar dengan kertas-kertas kecil dari Amerika tersebut.
Pertukaran ini jelas jelas tidak hanya tidak sesuai ajaran agama manapun tapi tidak sesuai dengan akal. “Ya Allah ampunilah dosa para pendahulu kami yang sholatnya jangankan mampu untuk mencegah, melihat kemungkaran di balik penggantian dinar dan dirham dengan uang kertas pun tidak. Sebaliknya, mereka sibuk selain berdebat tentang angka 11 dan 20 juga sibuk berdebat tentang angkat tangan atau tidak pada rakaat kedua salat subuh, namun membiarkan sekian kekayaan alam di negeri ini terus diangkat karena terus menerus ditukar dengan hanya kertas kertas kecil bernama dolar dan sebagainya.
Hingga umat Islam banyak yang sengsara dan hina dina. 200 jutaan muslim di negeri ini pun dapat dikalahkan 1 atau segelintir orang yang mengendalikan sistem uang kertas. Wa Allahu a’lam.
Baca Juga:
- Uniknya Mobil Ferari Terpanjang Di Dunia
- Ditemukan Bagian Otak Untuk Mengatur Berbuat Jahat...
- Respon Para Hacker Mengetahui Temannya diTangkap
Tidak ada komentar:
Posting Komentar