Asalasah ~ Mantra penerbang "Wingardium Leviosa" milik Harry Potter tampaknya sudah tidak ajaib lagi. Diberitakan Fox News, Selasa (16/7/2013), sebuah studi terbaru menyebutkan bahwa para peneliti kini menemukan cara untuk membuat sebuah obyek "melayang" di udara dengan memanfaatkan gelombang suara.
Pengangkatan benda (levitasi) dengan gelombang suara sebenarnya sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu. Para ilmuwan menggunakan transducer untuk memproduksi gelombang suara dan reflektor untuk memantulkan gelombang sehingga menghasilkan gelombang transversal.
"Gelombang transversal adalah gelombang yang dihasilkan seperti saat Anda memetik gitar. Senar bergerak naik dan turun, namun terdapat dua titik yang akan selalu tetap," ujar Daniele Foresti, insinyur mesin di ETH Zurich di Swiss sekaligus penulis pendamping dari studi tersebut.
Dengan menggunakan gelombang transversal, para ilmuwan dapat mengangkat setetes kecil cairan. Sayangnya dalam metode sebelumnya gelombang hanya mampu mengangkat benda yang relatif kecil. Cairan yang diangkat pun akan melayang secara terpisah. Benda tidak dapat dipindahkan dengan metode ini.
Berdasarkan risetnya, Foresti memperkenalkan metode baru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin (15/7/2013).
Foresti dan rekan-rekannya merancang transducer mini yang cukup kuat untuk mengangkat benda berat namun cukup kecil untuk dapat dikemas. Sistem baru ini dapat mengangkat benda berat dan menyediakan kontrol yang cukup sehingga cairan dapat dicampur tanpa terpecah menjadi tetesan-tetesan kecil.
Metode ini memungkinkan manusia memanipulasi obyek yang sedang melayang tanpa perlu menyentuhnya. Teknik ini sangat membantu untuk membuat campuran kimia ultra murni tanpa kontaminasi.
Telinga manusia memiliki batas toleransi dalam mendengarkan suara. Frekuensi suara yang akan mengganggu pendengaran manusia adalah sebesar 160 desibel atau setara dengan suara jet yang sedang lepas landas. Namun dalam percobaan ini, frekuensi suara yang digunakan hanyalah sebesar 24 kilohertz. Besaran ini sedikit berada di atas ambang frekuensi bunyi yang mampu didengar manusia pada umumnya.
Yiannis Ventikos, peneliti cairan di University College London yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa sistem baru tersebut merupakan sebuah kemajuan besar baik secara teoretis maupun aplikasi praktis.
Dalam mencampurkan cairan menggunakan pipet di laboratorium, kontaminasi menjadi isu utama. Kini ilmuwan bisa memakai metode pengangkatan dengan suara ini untuk mencampur tanpa perlu khawatir kontaminasi. Sebagai contoh, ilmuwan dapat mencampur sel punca dengan cairan tertentu secara steril.
"Tingkat kontrol yang bisa Anda capai sangat mengejutkan," ujar Ventikos.
Pengangkatan benda (levitasi) dengan gelombang suara sebenarnya sudah dikenal sejak beberapa dekade lalu. Para ilmuwan menggunakan transducer untuk memproduksi gelombang suara dan reflektor untuk memantulkan gelombang sehingga menghasilkan gelombang transversal.
"Gelombang transversal adalah gelombang yang dihasilkan seperti saat Anda memetik gitar. Senar bergerak naik dan turun, namun terdapat dua titik yang akan selalu tetap," ujar Daniele Foresti, insinyur mesin di ETH Zurich di Swiss sekaligus penulis pendamping dari studi tersebut.
Dengan menggunakan gelombang transversal, para ilmuwan dapat mengangkat setetes kecil cairan. Sayangnya dalam metode sebelumnya gelombang hanya mampu mengangkat benda yang relatif kecil. Cairan yang diangkat pun akan melayang secara terpisah. Benda tidak dapat dipindahkan dengan metode ini.
Berdasarkan risetnya, Foresti memperkenalkan metode baru yang dipublikasikan di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin (15/7/2013).
Foresti dan rekan-rekannya merancang transducer mini yang cukup kuat untuk mengangkat benda berat namun cukup kecil untuk dapat dikemas. Sistem baru ini dapat mengangkat benda berat dan menyediakan kontrol yang cukup sehingga cairan dapat dicampur tanpa terpecah menjadi tetesan-tetesan kecil.
Metode ini memungkinkan manusia memanipulasi obyek yang sedang melayang tanpa perlu menyentuhnya. Teknik ini sangat membantu untuk membuat campuran kimia ultra murni tanpa kontaminasi.
Telinga manusia memiliki batas toleransi dalam mendengarkan suara. Frekuensi suara yang akan mengganggu pendengaran manusia adalah sebesar 160 desibel atau setara dengan suara jet yang sedang lepas landas. Namun dalam percobaan ini, frekuensi suara yang digunakan hanyalah sebesar 24 kilohertz. Besaran ini sedikit berada di atas ambang frekuensi bunyi yang mampu didengar manusia pada umumnya.
Yiannis Ventikos, peneliti cairan di University College London yang tidak terlibat dalam penelitian ini, mengatakan bahwa sistem baru tersebut merupakan sebuah kemajuan besar baik secara teoretis maupun aplikasi praktis.
Dalam mencampurkan cairan menggunakan pipet di laboratorium, kontaminasi menjadi isu utama. Kini ilmuwan bisa memakai metode pengangkatan dengan suara ini untuk mencampur tanpa perlu khawatir kontaminasi. Sebagai contoh, ilmuwan dapat mencampur sel punca dengan cairan tertentu secara steril.
"Tingkat kontrol yang bisa Anda capai sangat mengejutkan," ujar Ventikos.
Baca Juga:
- Foto Latihan Militer Amerika dan Korsel di Salju
- Cara Wildan berhasil Meretas Situs Presiden SBY
- Ternyata Ikan Hiu Takut Pada Sinar Bulan Purnama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar