Selasa, 23 Juli 2013

Gimana Reaksi tubuh terhadap kondisi di angkasa luar?

Headline
Asalasah ~ Koln - Sebuah laboratorium khusus baru dibuka di Jerman. Laboratorium itu sangat ideal bagi studi antariksa dan medis. Mau tahu reaksi tubuh terhadap kondisi di angkasa luar?

Envihab, kombinasi 'lingkungan' dan 'habitat', adalah laboratorium riset termutakhir dari Pusat Riset Aeronotika dan Antariksa Jerman (DLR) di Koln, Jerman. Di tempat itu, dimungkinkan ada subyek penelitian hidup dan diobservasi dalam kondisi terkontrol.

Jadi para dokter di Envihab mensimulasikan dan mempelajari bagaimana lingkungan tertentu mempengaruhi kesehatan seseorang. Bahkan Envihab dapat mengurung seseorang yang menjadi obyek penelitian selama berminggu-minggu.

"Kami dapat menutup jendela sehingga tidak ada cahaya matahari masuk. Dan hanya ada cahaya artifisial," jelas Rupert Gerzer, direktur di institut itu.

Mereka yang setuju menjadi obyek penelitian sudah memberikan izin sebelum berpartisipasi dalam eksperimen jangka panjang itu, yang kerap pula harus berada dalam kondisi sulit.

"Misalnya, kami meminta mereka tidur terlentang dengan posisi kepala lebih rendah enam derajat. Ini sesuai dengan gravitasi nol," ujar fisiolog Bergita Ganse.

Terlentang dengan posisi kepala lebih rendah selama berminggu-minggu untuk simulasi sistem sirkulasi tubuh saat penerbangan luar angkasa. Para periset terutama tertarik terhadap level melatonin, yakni hormon yang membantu mengatur tidur. Efek yang sama dapat disimulasikan di dalam laboratorium DLR dengan menggunakan sistem penerangan khusus.

"Kami dapat menciptakan beragam situasi penerangan, intensitas dan atmosfernya. Ini memungkinkan kami mempelajari bagaimana cahaya mempengaruhi tidur," ujar Melanie von der Wiesche, direktur studi bersangkutan.

Suara dan stres mempengaruhi tidur

Para periset juga dapat mengekspos obyek penelitian terhadap suara, termasuk suara yang terus-terusan terdengar di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Obyek penelitian juga dibangunkan dari tidur setiap empat jam, sehingga tercipta stres pada tubuh.

"Kalau ini berlangsung terus sepanjang minggu, obyek mulai merasa terganggu, dan tubuh mulai bereaksi secara berbeda," ungkap Gerzer.

Kelembaban dan komposisi air juga dapat disesuaikan di dalam Envihab, memungkinkan periset untuk mengetahui apakah manusia dapat hidup dengan level oksigen yang kurang memadai pada situasi tertentu, atau dapat hidup dengan lebih banyak kadar karbondioksida dan nitrogen.

Kelompok periset Envihab juga dapat mengatur kekuatan gravitasi. "Kami dapat menambah kekuatan hingga setara dengan enam kali gravitasi bumi," dikatakan Guido Petrat, salah satu periset.

Alexander Gerst akan ikut serta dalam studi ini. Sang astronot Jerman dijadwalkan terbang ke ISS pada 2014, tapi sebuah tempat tidur di Envihab telah disiapkan untuknya saat kembali ke Bumi.

"Sebagai seorang astronot, saya juga seorang peneliti. Tapi dalam hal ini, saya juga menjadi obyek penelitian," ujar Gerst. [ikh]

Baca Juga:  
Sumber: http://teknologi.inilah.com/read/detail/2011655/menjajal-reaksi-tubuh-di-kehidupan-luar-angkasa#.UeiFBaQyhss

Tidak ada komentar:

Posting Komentar