Jumat, 30 Agustus 2013

Zahnrader, Wadah Himpunan Muslim di Jerman

Muslim Jerman (Illustrasi)
Asalasah ~ Anak-anak muda Muslim Jerman berhimpun. Mereka masuk pada sebuah wadah, Zahnrader (Gear Wheels). Mereka berpendidikan dan berlatar dari berbagai mazhab Islam. Pekerjaan anak-anak muda itu ada yang di pemasaran, insinyur, dan perusahaan teknologi informasi.

Mereka menyebut dirinya sebagai pembuat perubahan dan para social entrepreneur. Gerakan mereka memang ingin menawarkan beragam perubahan. Proyek-proyek, utamanya memberikan layanan bagi masyarakat. Termasuk, meningkatkan kesempatan belajar.

Menurut laporan laman berita Deutsche Welle, Kamis (22/8), Zahnrader sekarang sudah beroperasi lebih dari tiga tahun. Pada 2012, organisasi ini pernah bermitra dengan Ashoka, sebuah organisasi sosial entrepreneur terbesar di dunia.

Mereka pun menuai dukungan British Council dan Islamic Relief. “Zahnrader juga menjawab pertanyaan soal integrasi,” kata Ali Aslan Gumusay, anggota Dewan Direktur Zahnrader. Ia menambahkan, jaringan kerja yang luas sangat dibutuhkan.

Muslim, kata Gumusay, selama ini ingin berintegrasi. Namun, terkadang bingung sejauh mana integrasi dilakukan dan bagaimana caranya. Ia mengatakan, Zahnrader adalah sarana yang sesuai untuk membuat langkah integrasi lebih efektif.

Menurut calon doktor di Said Business School of Oxford University ini, Zahnrader memiliki 90 anggota aktif. “Kami menggerakkan proyek-proyek yang berdampak positif bagi masyarakat luas.” Biasanya ada lembaga yang mengajukan proyek ke Zahnrader.

Sejumlah proposal kegiatan dibahas dalam konferensi tahunan Zahnrader. Dari konferensi inilah ditetapkan kegiatan kemanusiaan apa yang pantas didukung dan memperoleh penghargaan.

Salah satu program yang masuk berasal dari Deaf Islam Association (DIA), yang didirikan tahun 2010 oleh Ege Karar dari Aachen.

DIA, yang mengadvokasi Muslim tunarungu, dipilih dari 50 proyek yang diajukan konferensi Zahnrader tahun 2013. Pertimbangannya, aktivitas DIA melahirkan manfaat positif. Mereka memberi perhatian kepada kelompok imigran tunarungu yang selama ini terabaikan.

Saat ini, masih sedikit penerjemah bahasa Arab dan Turki bagi 2.300 Muslim tunarungu yang hidup di Jerman. Seperti bahasa percakapan, bahasa isyarat bagi tunarungu berbeda dari satu negara dibandingkan negara lainnya.

Selain itu, sudah ada serangkaian diskusi di Hamburg. Isinya mengenai upaya pelatihan bagi penerjemah bahasa isyarat. Nantinya, penerjamah itu dipekerjakan di masjid-masjid. Karar mengatakan, butuh perhatian besar untuk para tunarungu itu.

“Masih banyak Muslim di Jerman yang kurang peduli dengan kebutuhan saudara Muslim yang tunarungu ini,” ujar Karar. Padahal, organisasi Islam di Inggris dan AS telah lama memberikan perhatian pada masalah tersebut.

Karar menambahkan, setelah dipilih oleh Zahnrader sebagai program kegiatan, kepedulian semakin meningkat. Banyak pemuda Muslim, ia mengungkapkan, yang terdorong untuk mempelajari bahasa isyarat. Mereka ingin membantu saudara mereka yang tak bisa mendengar itu.

Baca Juga:  
Sumber: http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-mancanegara/13/08/23/mrz5k2-zahnrader-jejaring-sosial-muslim-jerman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar