Asalasah ~ Indonesia tercatat oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ada di urutan ke-95 dari 155 negara untuk urusan pengembangan ICT. Meski demikian, tren pertumbuhannya dari tahun ke tahun terus meningkat.
Dipaparkan oleh Suryamin, Kepala BPS, Indonesia mulai bergerak ke arah era perkembangan teknologi informasi. Jika pada 2005 lalu jumlah rumah tangga yang memiliki komputer di Indonesia ada sekitar 3,6%, lalu di 2011 angka itu naik menjadi 12,3%.
"Angka tersebut masih akan bertambah lagi mengingat saat ini ada 62 juta rumah tangga," ujarnya tadi malam di sela kerja sama BPS dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Ritz Carlton, Jakarta.
Sementara, penetrasi pengakses internet pada 2005 tercatat sekitar 3,3%. Angka ini mengalami peningkatan 25,9% atau setara 16 juta pengakses. Bahkan, Suryamin mengatakan tren pengguna telepon seluler dari data BPS tumbuh pesat selama tiga tahun terakhir.
"Indonesia saat ini ada di posisi 95 dari 155 negara untuk ICT Development Index. Ini berarti Indonesia perlu perumusan lebih dalam mengenai ICT Development," katanya.
Rujukan Bisnis Internet
Itu sebabnya, BPS pun digandeng oleh APJII untuk bekerja sama menyusun ICT Development Index. Hasil penyusunan tersebut akan digunakan sebagai rujukan untuk pengembangan bisnis internet di Tanah Air.
Penyusunan ini, menurut Sammy Pengerapan, Ketua Umum APJII, berdasarkan rekomendasi Internasional Telecommunication Union (ITU), yang merupakan badan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ITU, kata dia, mengusulkan agar setiap negara menyediakan data ICT Development Index per tahun.
Berdasarkan riset APJII pada 2012, pengguna internet di Indonesia baru mencapai 63 juta orang dengan penetrasi 24,23%. Menurut Sammy, akan lebih berguna apabila asosiasi juga meriset arah bisnis internet, tidak hanya meriset dari sisi pengguna saja.
"Dengan adanya statistik internet ini, kita jadi punya data yang kuat untuk menentukan ke mana arah kebijakan berikutnya, tidak cuma berdasarkan feeling saja," jelasnya.
Dalam kesempatan ini, APJII bersama BPS sepakat untuk bekerja sama menggelar survei mengenai pengguna internet di Indonesia. Pelaksanaan survei ini akan mengacu pada penggunaan dan penyerapan saran komunikasi dan teknologi informasi di sektor bisnis.
"Kerja sama dengan BPS akan menjadi dasar strategi pengembangan internet. Sebab kita dapat melihat dan tahu berapa dan daerah mana yang belum terjamah internet berbasis data pengguna internet," ujarnya.
Di sisi lain, APJII mengaku ingin membantu para penyelenggara jasa atau internet service provider (ISP) agar bisa saling berkolaborasi dalam pengembangan usaha. Asosiasi mencatat saat ini terdapat 286 ISP di Indonesia.
Selain itu, asosiasi juga berupaya meningkatkan kinerja Indonesia Internet Exchange (IIX) melalui peningkatan kapasitas dan utilisasi. IIX adalah pusat pertukaran data penting di Indonesia dan telah dilengkapi switch brocade yang melayani 286 ISP dan Network Access Provider (NAP).
APJII sendiri mencatat pada Maret lalu, lalu lintas internet IIX mencapai 10 Gbps dibandingkan 2011 yang hanya mencapai 4 Gbps. Dengan peningkatan tersebut, lalu lintas data konten dari content provider, publisher, operator telekomunikasi, dan juga ISP dapat mendukung hingga 100 Gigabit Ethernet.
Dipaparkan oleh Suryamin, Kepala BPS, Indonesia mulai bergerak ke arah era perkembangan teknologi informasi. Jika pada 2005 lalu jumlah rumah tangga yang memiliki komputer di Indonesia ada sekitar 3,6%, lalu di 2011 angka itu naik menjadi 12,3%.
"Angka tersebut masih akan bertambah lagi mengingat saat ini ada 62 juta rumah tangga," ujarnya tadi malam di sela kerja sama BPS dengan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di Ritz Carlton, Jakarta.
Sementara, penetrasi pengakses internet pada 2005 tercatat sekitar 3,3%. Angka ini mengalami peningkatan 25,9% atau setara 16 juta pengakses. Bahkan, Suryamin mengatakan tren pengguna telepon seluler dari data BPS tumbuh pesat selama tiga tahun terakhir.
"Indonesia saat ini ada di posisi 95 dari 155 negara untuk ICT Development Index. Ini berarti Indonesia perlu perumusan lebih dalam mengenai ICT Development," katanya.
Rujukan Bisnis Internet
Itu sebabnya, BPS pun digandeng oleh APJII untuk bekerja sama menyusun ICT Development Index. Hasil penyusunan tersebut akan digunakan sebagai rujukan untuk pengembangan bisnis internet di Tanah Air.
Penyusunan ini, menurut Sammy Pengerapan, Ketua Umum APJII, berdasarkan rekomendasi Internasional Telecommunication Union (ITU), yang merupakan badan dunia di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). ITU, kata dia, mengusulkan agar setiap negara menyediakan data ICT Development Index per tahun.
Berdasarkan riset APJII pada 2012, pengguna internet di Indonesia baru mencapai 63 juta orang dengan penetrasi 24,23%. Menurut Sammy, akan lebih berguna apabila asosiasi juga meriset arah bisnis internet, tidak hanya meriset dari sisi pengguna saja.
"Dengan adanya statistik internet ini, kita jadi punya data yang kuat untuk menentukan ke mana arah kebijakan berikutnya, tidak cuma berdasarkan feeling saja," jelasnya.
Dalam kesempatan ini, APJII bersama BPS sepakat untuk bekerja sama menggelar survei mengenai pengguna internet di Indonesia. Pelaksanaan survei ini akan mengacu pada penggunaan dan penyerapan saran komunikasi dan teknologi informasi di sektor bisnis.
"Kerja sama dengan BPS akan menjadi dasar strategi pengembangan internet. Sebab kita dapat melihat dan tahu berapa dan daerah mana yang belum terjamah internet berbasis data pengguna internet," ujarnya.
Di sisi lain, APJII mengaku ingin membantu para penyelenggara jasa atau internet service provider (ISP) agar bisa saling berkolaborasi dalam pengembangan usaha. Asosiasi mencatat saat ini terdapat 286 ISP di Indonesia.
Selain itu, asosiasi juga berupaya meningkatkan kinerja Indonesia Internet Exchange (IIX) melalui peningkatan kapasitas dan utilisasi. IIX adalah pusat pertukaran data penting di Indonesia dan telah dilengkapi switch brocade yang melayani 286 ISP dan Network Access Provider (NAP).
APJII sendiri mencatat pada Maret lalu, lalu lintas internet IIX mencapai 10 Gbps dibandingkan 2011 yang hanya mencapai 4 Gbps. Dengan peningkatan tersebut, lalu lintas data konten dari content provider, publisher, operator telekomunikasi, dan juga ISP dapat mendukung hingga 100 Gigabit Ethernet.
Baca Juga:
- Cara pria Ini Menarik Uang di ATM Tanpa Mengurangi Saldo
- Operasi Plastik Tidak Akan Menambah Daya Tarik
- Udara Panas? Cobalah Minum Air Panas dan Makanan Pedas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar