Asalasah ~ Wanita yang mengakhiri kehamilan pertama mereka dengan aborsi meningkatkan kemungkinan melahirkan bayi prematur pada kehamilan berikutnya. Penelitian sebelumnya mengaitkan aborsi berganda dengan berbagai komplikasi pada kehamilan berikutnya.
Namun studi baru menunjukkan bahwa proporsi yang jauh lebih besar dari perempuan yang telah menjalani aborsi pertama kali. Risiko lebih tinggi ditemukan pada aborsi yang dilakukan dengan prosedur bedah daripada obat-obatan induksi.
Secara keseluruhan, pada kehamilan berikutnya, wanita yang pernah melakukan aborsi 37 persen lebih mungkin melahirkan prematur. Risiko yang sedikit lebih rendah terjadi pada wanita yang kehamilan bertamanya berakhir dengan keguguran.
Kelahiran prematur sebelum 37 minggu dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan bagi bayi. Termasuk di dalamnya adalah penyakit paru-paru, cerebral palsy, penyakit kuning, infeksi, anemia, dan masalah mental di kemudian hari.
Para ilmuwan mendasarkan penemuan mereka pada data hasil kehamilan pada lebih dari 620 ribu wanita di Skotlandia, yang tercatat antara tahun 1981 hingga 2007.
Pemimpin studi, Profesor Siladitya Bhattacharya, dari University of Aberdeen, mengatakan tak sedikit wanita memulai kehidupan reproduksi mereka dengan aborsi pada kehamilan pertama mereka. Statistik untuk Skotlandia yang menarik karena dalam lima tahun terakhir, 12 ribu sampai 13 ribu perempuan melakukan aborsi setiap tahun, dan 40 persen dari mereka adalah perempuan di bawah usia 25.
"Wanita dengan riwayat tiga atau empat kali aborsi tidak secara signifikan lebih berisiko melahirkan bayi prematur dibandingkan mereka yang menjalani aborsi hanya sekali," katanya.
Temuan ini dipresentasikan pada Festival Sains Inggris yang diadakan di University of Aberdeen, dan dilaporkan dalam jurnal medis online BMJ Open.
Namun studi baru menunjukkan bahwa proporsi yang jauh lebih besar dari perempuan yang telah menjalani aborsi pertama kali. Risiko lebih tinggi ditemukan pada aborsi yang dilakukan dengan prosedur bedah daripada obat-obatan induksi.
Secara keseluruhan, pada kehamilan berikutnya, wanita yang pernah melakukan aborsi 37 persen lebih mungkin melahirkan prematur. Risiko yang sedikit lebih rendah terjadi pada wanita yang kehamilan bertamanya berakhir dengan keguguran.
Kelahiran prematur sebelum 37 minggu dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan bagi bayi. Termasuk di dalamnya adalah penyakit paru-paru, cerebral palsy, penyakit kuning, infeksi, anemia, dan masalah mental di kemudian hari.
Para ilmuwan mendasarkan penemuan mereka pada data hasil kehamilan pada lebih dari 620 ribu wanita di Skotlandia, yang tercatat antara tahun 1981 hingga 2007.
Pemimpin studi, Profesor Siladitya Bhattacharya, dari University of Aberdeen, mengatakan tak sedikit wanita memulai kehidupan reproduksi mereka dengan aborsi pada kehamilan pertama mereka. Statistik untuk Skotlandia yang menarik karena dalam lima tahun terakhir, 12 ribu sampai 13 ribu perempuan melakukan aborsi setiap tahun, dan 40 persen dari mereka adalah perempuan di bawah usia 25.
"Wanita dengan riwayat tiga atau empat kali aborsi tidak secara signifikan lebih berisiko melahirkan bayi prematur dibandingkan mereka yang menjalani aborsi hanya sekali," katanya.
Temuan ini dipresentasikan pada Festival Sains Inggris yang diadakan di University of Aberdeen, dan dilaporkan dalam jurnal medis online BMJ Open.
Baca Juga:
- Semua Anggota Keluarga Ini Berkelamin Ganda
- Cara Mempercantik Wajah Saat Sedang Tidur
- Generasi Baru Vitamin C Bisa Larut dalam Lemak
Tidak ada komentar:
Posting Komentar