Asalasah ~ Wahana antariksa Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) mendapati sebuah lubang raksasa di atmosfer matahari. Area gelap yang dikenal sebagai lubang korona ini mencakup hampir seperempat bagian matahari dan memuntahkan material dan gas ke ruang angkasa.
Lubang korona terlihat di bagian kutub utara matahari antara 13-18 Juli. Dalam video yang dirilis hari ini, Selasa, 30 Juli 2013, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan lubang korona merupakan daerah yang lebih dingin ketimbang atmosfer matahari atau korona dan mengandung material surya yang kecil.
Di area yang kosong ini, alih-alih kembali ke permukaan matahari, medan magnet matahari justru tercerabut keluar menjadi badai matahari.
"Meski belum jelas penyebabnya, lubang korona berkorelasi ke area tempat medan magnet melambung dan terlepas," kata Karen Fox, ilmuwan NASA di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di Greenbelt, Amerika Serikat.
Fox menambahkan lubang korona mempengaruhi cuaca di ruang angkasa karena mengirimkan partikel matahari sekitar tiga kali lebih cepat daripada yang dilepaskan dari area lain pada atmosfer matahari.
Perubahan frekuensi kemunculan lubang korona bisa dibilang sesuai dengan siklus aktivitas matahari. Tahun ini matahari mencapai puncak aktivitasnya dalam 11 tahun, dikenal sebagai fase matahari maksimum. Di sekitar waktu puncak aktivitas inilah matahari membalikkan medan magnetnya. "Jumlah lubang korona biasanya menurun seiring perubahan medan magnet ini," ujar Fox.
Setelah pembalikan medan magnet, lubang korona akan kembali muncul di dekat kutub. Kemudian saat matahari mendekati aktivitas minimum lagi, lubang korona merayap lebih dekat ke khatulistiwa. Jumlah dan ukurannya lantas bertambah.
Wahana antariksa SOHO telah mengamati aktivitas matahari sejak diluncurkan tahun 1995. Wahana seharga US$ 1,27 miliar ini mengemban misi bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA). SOHO mengamati matahari dari orbit Lagrange Point 1, daerah dengan gravitasi stabil antara bumi dan matahari, sekitar 1,5 juta kilometer dari bumi.
Lubang korona terlihat di bagian kutub utara matahari antara 13-18 Juli. Dalam video yang dirilis hari ini, Selasa, 30 Juli 2013, Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) menyatakan lubang korona merupakan daerah yang lebih dingin ketimbang atmosfer matahari atau korona dan mengandung material surya yang kecil.
Di area yang kosong ini, alih-alih kembali ke permukaan matahari, medan magnet matahari justru tercerabut keluar menjadi badai matahari.
"Meski belum jelas penyebabnya, lubang korona berkorelasi ke area tempat medan magnet melambung dan terlepas," kata Karen Fox, ilmuwan NASA di Pusat Penerbangan Antariksa Goddard di Greenbelt, Amerika Serikat.
Fox menambahkan lubang korona mempengaruhi cuaca di ruang angkasa karena mengirimkan partikel matahari sekitar tiga kali lebih cepat daripada yang dilepaskan dari area lain pada atmosfer matahari.
Perubahan frekuensi kemunculan lubang korona bisa dibilang sesuai dengan siklus aktivitas matahari. Tahun ini matahari mencapai puncak aktivitasnya dalam 11 tahun, dikenal sebagai fase matahari maksimum. Di sekitar waktu puncak aktivitas inilah matahari membalikkan medan magnetnya. "Jumlah lubang korona biasanya menurun seiring perubahan medan magnet ini," ujar Fox.
Setelah pembalikan medan magnet, lubang korona akan kembali muncul di dekat kutub. Kemudian saat matahari mendekati aktivitas minimum lagi, lubang korona merayap lebih dekat ke khatulistiwa. Jumlah dan ukurannya lantas bertambah.
Wahana antariksa SOHO telah mengamati aktivitas matahari sejak diluncurkan tahun 1995. Wahana seharga US$ 1,27 miliar ini mengemban misi bersama antara NASA dan Badan Antariksa Eropa (ESA). SOHO mengamati matahari dari orbit Lagrange Point 1, daerah dengan gravitasi stabil antara bumi dan matahari, sekitar 1,5 juta kilometer dari bumi.
Baca Juga:
- Ngebut-Ngebutan Dijalanan, Polisi Ini Kena Tilang
- Israel Gunakan Manfaatkan Mahasiswa di Facebook dan Twitter
- Ternyata Pria Juga Stress Mikirin Bentuk badannya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar