Asalasah ~ Jade Raymond, 37 tahun, adalah managing director di perusahaan game Ubisoft Toronto di Kanada. Ibu dua anak ini dinobatkan oleh beberapa media game sebagai tokoh pengembang game perempuan paling terkenal.
Selain berparas cantik, Jade dikenal piawai memproduseri game The Sims Online saat masih bekerja di perusahaan game Electronic Arts. Saat ini dia dipercaya mengembangkan game Splinter Cell: Blacklist, produk terbaru Ubisoft.
Menurut Jade, dirinya mulai menyukai game sejak kecil. Hal ini ada hubungannya dengan dua bidang yang paling disukainya sejak kecil: matematika dan seni. Kesukaannya itu diperkuat dengan kemauannya yang kuat untuk berkreasi.
“Jadi, waktu ditanya mau jadi apa, saya menjawab karier yang bisa menggabungkan dua hal ini,” katanya dalam wawancara dengan GameCentral belum lama ini. “Jadi, sejak sekitar umur 12 tahun, saya sudah mengarahkan pandangan saya ke industri game.” Game favoritnya sejak kecil antara lain Mario Bros, Tetris, Duck Hunt, dan Super Nintendo.
Jade mulai merancang logo menggunakan komputer dan meracik robot secara kecil-kecilan. Setelah menyelesaikan kuliah, ia memutuskan mengambil jurusan ilmu komputer dan lulus dengan pekerjaan sebagai programmer yang membuat game, seperti College Jeopardy.
Belakangan, kariernya mulai menanjak saat ia bekerja untuk perusahaan game besar, Electronic Arts, yang membesut The Sims Online. Di sini, Jade memulai sebagai teknisi game sebelum akhirnya berpindah-pindah posisi dan berakhir sebagai produser.
Saat berpindah ke Ubisoft sembilan tahun lalu, Jade bersama dua orang eksekutif lainnya mengembangkan Prince of Persia: The Sands of Time. Di sinilah dia menyadari game yang benar-benar ingin dibuatnya.
Saat ini, selain game Splinter Cell, Jade mengawasi pembuatan lima game lainnya, yang disebutnya game masa depan. “Ide game datang dari para pengembang yang ingin mewujudkan fantasi,” kata dia soal asal ide dari game yang sedang digarapnya saat ini.
Selain berparas cantik, Jade dikenal piawai memproduseri game The Sims Online saat masih bekerja di perusahaan game Electronic Arts. Saat ini dia dipercaya mengembangkan game Splinter Cell: Blacklist, produk terbaru Ubisoft.
Menurut Jade, dirinya mulai menyukai game sejak kecil. Hal ini ada hubungannya dengan dua bidang yang paling disukainya sejak kecil: matematika dan seni. Kesukaannya itu diperkuat dengan kemauannya yang kuat untuk berkreasi.
“Jadi, waktu ditanya mau jadi apa, saya menjawab karier yang bisa menggabungkan dua hal ini,” katanya dalam wawancara dengan GameCentral belum lama ini. “Jadi, sejak sekitar umur 12 tahun, saya sudah mengarahkan pandangan saya ke industri game.” Game favoritnya sejak kecil antara lain Mario Bros, Tetris, Duck Hunt, dan Super Nintendo.
Jade mulai merancang logo menggunakan komputer dan meracik robot secara kecil-kecilan. Setelah menyelesaikan kuliah, ia memutuskan mengambil jurusan ilmu komputer dan lulus dengan pekerjaan sebagai programmer yang membuat game, seperti College Jeopardy.
Belakangan, kariernya mulai menanjak saat ia bekerja untuk perusahaan game besar, Electronic Arts, yang membesut The Sims Online. Di sini, Jade memulai sebagai teknisi game sebelum akhirnya berpindah-pindah posisi dan berakhir sebagai produser.
Saat berpindah ke Ubisoft sembilan tahun lalu, Jade bersama dua orang eksekutif lainnya mengembangkan Prince of Persia: The Sands of Time. Di sinilah dia menyadari game yang benar-benar ingin dibuatnya.
Saat ini, selain game Splinter Cell, Jade mengawasi pembuatan lima game lainnya, yang disebutnya game masa depan. “Ide game datang dari para pengembang yang ingin mewujudkan fantasi,” kata dia soal asal ide dari game yang sedang digarapnya saat ini.
Baca Juga:
- Mencegah Uban Tumbuh di Usia Muda
- Bill Gates Kritik Balon Internet Google
- Generasi Muda Indonesia Harus Siap Hadapi Cyber War
Tidak ada komentar:
Posting Komentar